Minggu, 12 Januari 2014

Kisah Perjalanan - 1

Ini cerita tentang perjalanan…
Ini cerita tentang pencarian…
Tapi, ini bukan cerita tentang kehilangan…
Ini tentang ketidakhadiran…
Pencarian jati diri, sosok, dan spiritualitas.

—-

Jakarta, 10 Januari

Panggilan terakhir dari operator stasiun kereta api Senen telah berbunyi. Raga sudah duduk di dalam kereta sambil mendengarkan musik dari iPod miliknya sambil bermain game. Bagi Raga, perjalanannya kali ini tidak berbeda dengan semua perjalanan yang pernah ia lakukan sebelumnya. Untuk menghilangkan rasa penatnya terhadap rutinitas di ibukota. Destinasi favoritnya adalah Bali. Di sana, ia menemukan kedamaian. Ia merasa tenang. Energi spiritualitasnya seperti terisi kembali. Ia merasa sangat dekat dengan Tuhan. Namun, yang berbeda dari perjalanannya kali ini adalah pilihannya untuk menggunakan transportasi darat, kereta api. Ia ingin menikmati perjalanan. Ia ingin merasakan setiap inchi udara yang dapat ia hirup dari barat Pulau Jawa hingga ke ujung timur pulau para wali tersebut.

Begitu pula Aline. Ini merupakan perjalanan pertamanya, yang ia lakukan benar-benar sendiri. Perjalanannya kali ini merupakan ekspresi kebebasannya atas segala beban yang ia pikul selama ini. Ia ingin meluapkan segala emosi. Ia ingin memberi reward bagi dirinya, bagi jiwanya.  Baginya, tidak masalah sejauh apa perjalanan yang akan ia tempuh menuju Pulau Dewata, yang ia cari bukan di sana, tetapi sosok yang selama ini ia cari, ia rindukan, mungkin saja akan ia temukan selama perjalanan tersebut. Paling tidak, dari perjalanannya kali ini, ia ingin menghirup sedikit saja oksigen yang sama dengan orang yang ia rindukan. Mungkin.

—-

Aline, walau bagaimana pun, ia tetaplah seorang perempuan yang akan sibuk mengurusi hal sekecil apa pun. Ia orang yang sangat detil. Ia ingin perjalanannya ini berjalan dengan baik. Ia tidak ingin ada satu barang pun yang tertinggal. Sejauh itu pula ia telah mengemasi barang-barang yang akan ia bawa.
Pagi hari, Aline sudah bersiap-siap. Ia akan diantar oleh kekasihnya, Randi. Pria yang begitu over-protective terhadap Aline. Berkali-kali Randi meminta agar Ia dapat menemani Alin, berkali-kali ia meminta Aline untuk menggunakan transportasi udara saja, yang lebih cepat dan nyaman. Tapi, berkali-kali pula Aline menolak permintaan Randi tersebut. Randi seperti sudah kehabisan akal. Ia tahu, Aline orang yang keras. Ia akan tetap melakukan apa yang ingin ia lakukan.

Di saat yang sama, seorang pria dengan perawakan cukup tinggi dengan tas backpack sudah duduk di kereta yang dalam beberapa menit lagi akan memacu lajunya. Dengan tempat duduk yang tidak terlalu bagus, namun tetap nyaman.

Aline sesekali memperhatikan sekitar. Penumpang di sebelahnya, seorang ibu-ibu yang akan turun di Semarang, sejak tadi tidur. Aline sempat bercengkrama dengan perempuan tersebut. Aline mulai dilanda rasa bosan. Namun ia ingin tetap terjaga. Meskipun tidak ada pemandangan di luar yang dapat dinikmati, bagi Aline perjalanan malam merupakan perjalanan untuk lebih memaknai dan merasakan perjalanan tersebut. Di tempat lain, kereta yang ditumpangi oleh Raga sedang berhenti di stasiun Cirebon. Begitu banyak pedagang yang lalu-lalang menjajakan barang dagangannya. Praktis, kereta ekonomi yang sudah ramai semakin ramai saja. Raga tidak terusik. Sesekali ia melempar senyum kepada penumpang yang berada di hadapan dia. Kereta mulai berangkat.

—-

Surabaya, 11 Januari

Perjalanan dari Surabaya ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi memakan waktu yang cukup lama, sekitar 6 jam lebih. Perjalanan ini yang Aline tunggu. Ia terus membayangkan sosok yang seharusnya ada dalam hidupnya, namun sosok tersebut tidak pernah hadir. Dinginnya AC bus eksekutif Surabaya – Denpasar cukup mampu meredam panas dan lembabnya udara di kota metropolis terbesar di wilayah Timur Indonesia ini.
Bus dari Surabaya menuju Denpasar ini begitu ‘kasar’ dikemudikan. Sang supir baru akan mengendurkan laju busnya kalau ada penumpang baru yang akan naik. Para penumpang itu lebih didominasi oleh warga asing, yang entah dari mana, yang akan menuju Bali.
Ketika bus yang mereka tumpangi beristirahat untuk makan siang di sebuah rumah makan, di meja makan yang berseberangan, mata Raga dan Aline tidak sengaja bertemu. Raga langsung melempar pandangan, sedangkan Aline melanjutkan suapannya. Raga tidak menyangka bahwa Ia berada dalam bus yang sama dengan perempuan cantik tersebut. Sudah cukup lama rasanya ia berada di dalam bus, tetapi ia tidak pernah melihatnya.

Selesai makan siang, semua penumpang kembali ke dalam bus. Raga yang sudah masuk dan duduk di dalam bus, melempar pandangan ke sekeliling, namun ia tidak melihat sosok perempuan yang ia lihat di rumah makan tadi. Mungkin ia bukan penumpang bus ini, batinnya. Namun, ketika bus hendak berangkat, terlihat seorang perempuan yang tergopoh-gopoh sehabis berlari. Perempuan tersebut hampir saja ketinggalan bus. Dan perempuan tersebut langsung menuju ke tempat duduk bagian belakang, jauh di belakang tempat duduk Raga.

Banyuwangi, 11Januari

Menjelang jam 6 sore, bus sudah memasuki kapal. Dari pelabuhan Ketapang, kapal mulai menarik jangkarnya. Suara kapal mulai menderu. Sementara para penumpang lain mulai keluar untuk menuju geladak kapal, Raga seperti sedang tidak ingin beranjak dari dalam bus. Toh perjalanan tersebut hanya memakan waktu kurang dari satu jam, pikir Raga. Dilihatnya sosok perempuan yang Ia lihat sejak di rumah makan tadi. Rasa penasaran Raga akan perempuan tersebut membuatnya mau ikut turun. Aline, hanya duduk saja sambil sesekali melepaskan pandangan ke laut lepas. Di genggamannya terdapat sebuah buku, entah apa. Raga memutar otak agar dapat bertegur sapa dengan perempuan tersebut. Lama ia tertegun, sampai akhirnya ia sadar perempuan tersebut sudah tidak lagi berada di tempatnya. Yang lebih mengejutkan Raga adalah perempuan itu sudah ada berdiri dengan beberapa jarak di sampingnya, berdiri di pinggiran kapal. Perempuan tersebut kemudian menoleh, sambil menunjukkan buku yang ia pegang, “Mau baca?” Ia membuka percakapan. Rasa kikuk menyergapi Raga, namun ia berusaha untuk tetap tenang. Diambilnya buku tersebut, sambil memberikan senyum. “Nayla” baca Raga. “Djenar cerdas” jawab perempuan tersebut. “Aline” lanjutnya. Raga sempat bingung, namun secepat kilat ia menyadari, itu nama perempuan yang berdiri di hadapannya, “Saya Raga”. Kemudian, keduanya lebih banyak diam.

Denpasar, 11 Januari

Kapal bersandar. Bus mulai bergerak ke luar. Namun, sebelum keluar pelabuhan dan masuk ke Bali, terlebih dahulu para penumpang yang akan memasuki Bali diwajibkan untuk melalui pos pemeriksaan dengan menunjukkan kartu identitas.
Keluar dari pelabuhan, suasana Bali mulai terasa ketika bus sudah memasuki wilayah Negara. Perjalanan tersebut cukup memakan waktu, hampir 3 jam. Bus tersebut melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi, sehingga membuat penumpang hampir copot jantung, termasuk Raga dan Aline. Apalagi ditambah kontur sepanjang perjalanan dari Negara menuju Denpasar yang naik turun dan berkelok-kelok, membuat perjalanan 3 jam terasa menjadi sangat lama. Untuk menghilangkan rasa takutnya, Raga lebih memilih tidur. Sedangkan Aline yang berada di barisan bangku belakang, merasakan ketegangan yang lebih tinggi akibat pergerakan badan bus. Aline terus memandang ke luar bus dan sesekali melihat ke langit. Malam hari ini begitu indah, dengan bulan purnama yang hampir penuh. Aline melihat begitu banyak bintang, jauh lebih banyak dari yang pernah ia lihat. Apalagi langit Jakarta yang begitu angkuh menghalangi kerlip bintang yang seperti sudah kehabisan bahan bakar hingga tak kuasa menembus tebalnya polusi ibukota. Aline terus memandangi langit, berharap satu saja bintang jatuh agar ia dapat memohon suatu keajaiban. Permohonan yang sudah lama ia pendam. — Di bawah langit yang sama, dengan rembulan yang bersinar sama terangnya, mungkin saja kau juga sedang mengingat ku. Aku yang mungkin saja tak kau rindukan lagi. Tapi, aku begitu merindukan mu—, Batin Aline. Ini adalah yang kesekian kalinya Aline teringat akan sosok tersebut. Sosok yang begitu jauh hingga hampir tak ia kenal, namun begitu dekat, begitu nyata di lubuk hatinya.

——-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar