Sebenarnya, ini cerita waktu saya mudik lebaran tahun lalu, tepatnya pada bulan Juni 2013. Tapi, baru sempat saya ceritakan sekarang.
---
Tanggal 21 Juni 2013 adalah waktu yang paling dinanti. Saya, Ibu, kakak dan 2 adik saya sudah bergegas dari rumah kami di Serang, Banten untuk menuju ke Pelabuhan Merak. Di pelabuhan ini lah kami menunggu bus yang akan mengantarkan kami ke Lubuk Linggau, sebuah kota di Sumatera Selatan. Kota ini berbatasan langsung dengan Provinsi Bengkulu dan dapat ditempuh dalam waktu 8 jam perjalanan dari Kota Palembang.
Sekitar pukul 14:00 WIB, bus yang kami tunggu akhirnya datang juga. Tiket bis ini telah saya pesan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan hari ini guna mengantisipasi kehabisan tiket saat menjelang lebaran. Bus jurusan Jakarta - Bengkulu ini cukup bersih dan terawat. Kursi-kursi juga nya nyaman dan cukup lega. Setelah selesai menaikkan barang, bus kami akhirnya berangkat dan masuk ke kapal. Lama perjalanan kapal dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni Lampung sekitar 2 jam. Kami memilih menikmati perjalanan dari deck kapal. Kebetulan kapal yang kami naiki cukup nyaman dengan adanya kursi-kursi santai. Tidak terasa akhirnya kapal sampai di Bakauheni tepat di waktu adzan maghrib berkumandang. Kami bergegas masuk ke dalam bus dan berbuka puasa.
Bus mulai keluar kapal. Perasaan saya campur aduk saat itu. Karena Ini adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki kembali di Pulau Sumatera setelah hampir 14 tahun pindah ke Pulau Jawa, tepatnya di Kota Serang Provinsi Banten. Perasaan senang bercampur haru. Perasaan seperti bertemu kembali kekasih yang telah lama terpisah.
Hari mulai gelap dan bus mulai memasuki wilayah Lampung. Pemandangan yang disuguhkan sepanjang perjalanan sungguh berbeda dengan di Pulau Jawa. Jika sepanjang jalan raya atau jalan tol dari Serang - Jakarta dapat dijumpai bangunan dan jalan yang terawat, hal ini berbeda ketika kita memasuki wilayah Sumatera. Jalan Lintas Sumatera tidak begitu lebar dan di beberapa titik rusak cukup parah. Belum lagi sepanjang jalan yang sepi (jarang rumah penduduk) dan dikelilingi hutan lebat. Tapi, hal ini lah yang amat saya rindukan dari Pulau Sumatera. Pulau ini begitu magis.
Lama perjalanan ke Lubuk Linggau sekitar 16 jam ditambah jalanan yang kurang mulus. Jalanan yang lurus dan landai bisa dijumpai di Lampung. Selebihnya, jalan yang sempit dan berkelok-kelok. Belum lagi supir bus yang ugal-ugalan. Sudah terbayang betapa melahkannya perjalanan ke Sumatera dengan menggunakan bus ini. Dari Lampung, kemudian ke Ogan Komering, Tanjung Enim, jalanan masih bisa ditolerir. Tapi, begitu masuk ke wilayah Lahat, sensasinya baru kerasa. Jalanan sempit berkelok naik turun bukit, ditambah jurang-jurang menganga tepat dipinggir jalan, membuat saya tak henti-hentinya dzikir dan istighfar. Meski demikian, pemandangan yang disuguhkan terutama di wilayah Lahat ini cukup mengesankan bagi saya. Pemandangan alam berupa pegunungan dan hutan hujan tropis begitu mengagumkan.
Setelah perjalanan yang sangat melelahkan, akhirnya bus kami sampai di kota yang memiliki semboyan Sebiduk Semare, Kota Lubuk Linggau. Kota yang telah lama saya tinggalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar