Minggu, 28 April 2019

Review Asal-asal : Avengers:Endgame (spoiler alert)

Eng ing eeeng...

Tiba juga akhirnya waktu untuk review asal-asal film yang lagi happening banget. Yak, Avengers:Endgame

Konten kali ini  mungkin akan mengandung spoiler, so, for those who have not watched it yet, better to skip this post.

Actually, I'm not a fan of Avengers sequels. The only two Marvel's movies I have watched before were Spiderman and Hulk.

Jadi, maklumin aja ya kalo ga sesuai ekspektasi kalian karena ini  memang murni pendapat pribadi. Kalo kalian punya pendapat yang berbeda, ya gapapa. :D

I didn't plan to watch Avengers at first. On wednesday, April 24, after monthly meeting at the office, I wanted to watch Hotel Mumbai. Unfortunately, the movie was taken down.

Pada hari itu, yang  masih tayang di XXI Plaza Kalibata adalah Sunyi, Avengers:Endgame. Jadi, gue pilih Endgame. Karena hari pertama tayang dan lagi happening banget, film ini hampir 'ngabisin' semua layar, dan itu penuh semua. Gue akhirnya dapet tiket untuk jam 21:45, dan dapat di K-17. Can you imagine K-17? Itu kursi baris ketiga dari depan dan paling pojok kiri.

Beginilah penampakan dari kursi K-17
Avengers: Endgame
Bayangkan: nonton sendirian, dapet kursi pojok di depan, di kursi-kursi samping pasang2an, dan ga ngikutin film-film Avengers/Marvel sebelumnya. What do you expect? Hahaha ga tidur aja udah syukur.

Oke, back to main topic. Buat yang belum tau, Avengers: Endgame ini bercerita tentang para Marvel Superheroes yang berkumpul untuk melawan the one and only, the demigod atau penjahat setengah dewa, yang bernama Thanos.

Menurut para fans Avengers, film ini  tuh sentimentil banget buat mereka. Tapi, buat gue sebagai non-fan-of-Avengers, dengan lack of background knowledge about Avengers, ya biasa aja. I mean, ada film yang walaupun kita ga tau cerita awalnya, tapi begitu nonton, kita dibuat takjub, and to be honest, I didn't feel it in this Avengers:Endgame.

Gue emang lebih ke film-film drama/komedi romantis. Tapi, pas gue nonton Aquaman, sumpah, gue takjub banget, liat scene-scene perangnya, CGI nya mantep lah pokoknya. Ambiance ini ga gue dapet di film Avengers, so sorry to say that.

Kayanya, untuk nonton Avengers:Endgame ini emang harus nonton film-film sebelumnya, biar tau jalan ceritanya, dan bisa lebih meresapi lagi filmnya, biar bisa nangis kek rang-orang wkwk dan biar ga salah persepsi, kaya gue. Haha I like Thanos more than the Avengers deh kayanya. Karena di film ini, menurut gue, kejahatan Thanos malah tidak tergambarkan bahwa dia itu the evilest one in the universe. Malah, dia lebih kebapak-an. I love gardening scene. Thanos berkebun adalah hal ter-imoet yang pernah  gue liat dari seorang penjahat. Dan ketika dia diserang oleh para Avengers, dia dalam keadaan tak berdaya, dan mati dikeplak oleh Thor. Wkwk

Yang gue tangkep pas nonton ini, jadi diceritakan bahwa sebelumnya banyak orang yang meninggal, terutama keluarga dari para Avengers ini. Dan, mereka mau  balas dendam ke Thanos. Setelah berhasil menemukan Thanos, para Avengers ini ngeroyok Thanos, karena Thanos sudah tak berdaya gara-gara batu cincinnya udah ga ada di tangannya, ga tau kemana, ditanya lah ama para Avengers ini: "eh Thanos, pada kemana batu-batu cincin itu?" Thanos jawab dengan entengnya "auk ah, udah  gue balikin ke tempatnya masing2". Thor yang kesel, ngeplak si Thanos pake palu. Potel lah kepala Thanos. Mati.

Tapi itu bukan endingnya. Karena filmnya masih panjang, 3 hours, you know. Jadi apa yang dilakukan oleh para Avengers? Kan misi awalnya adalah mereka mau nyerang Thanos untuk ambil stones-nya, untuk mengembalikan keluarga mereka yang  pada meninggal dibunuh Thanos. Caranya gimana? Kan batu-batunya pada ilang, dan Thanos juga udah mati. So, mereka berusaha membuat mesin waktu, untuk kembali ke masa dulu untuk mengabil batu-batu itu  dari  Thanos. Why are hoomans so obsessed with stones? LOL

I wonder how strong Thanos is? Untuk melawan Thanos, all the Avengers have to gather, mulai dari  pasukan Wakanda, Guardians of the  Galaxy, spidey, pada ikut.

But, the thing  is: we often be asked what we will do if we could turn back time? No, whatever we do, there's no guarantee that we can get what we want. Whatever we do, there are always consequences.


Ada beberapa hal yang gue suka dari film ini.
Pertama : Thor. He's effortlessly funny.
Kedua : I love you 3000.
Joke : me approved.





Senin, 22 April 2019

Review Asal-asal : Bumi Manusia (Spoiler Alert)

Kali ini, gue mau review buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Review ini merupakan review bebas, menurut apa yang  gue  tangkap saat membaca buku tsb.

Jadi, di tahun 2019 ini, gue punya resolusi untuk baca buku, minimal satu bulan satu judul buku harus dibaca. Dan buku Bumi Manusia ini adalah buku ketiga yang  gue baca. Yeah, meleset dari resolusi. Harusnya di bulan April ini udah buku keempat. Tapi gapapa.

Oiya, buku pertama yang gue baca di tahun 2019 adalah buku Colorless Tsukuru Tazaki karya Haruki Murakami, dan Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad: Dari Kelahiran  Hingga Detik-detik Terakhir  karya Syaikh Syafiyyurrahman al-Mubarakfuri. I'll review those books next time.

Pramoedya Ananta Toer

Namanya ga asing  bagi gue, atau sebagian besar dari kita. Waktu kecil, gue sering denger nama dia. Lebih tepatnya tentang pelarangan atas karya-karyanya. Salah satu buku yang paling gue kenal adalah Bumi Manusia ini. Pertama kali terbit tahun 1980, dan dicetak hingga 9 kali. Kemudian bukunya dilarang terbit, karena pada saat itu  juga Pram masih menjadi tahanan politik. Baru pada tahun 2005, bukunya kembali diterbitkan hingga sekarang. Buku yang  gue baca ini udah cetakan ke 21 (Maret 2019). Bumi Manusia juga udah diterjemahkan ke banyak bahasa di dunia dan memenangkan banyak penghargaan. Bumi Manusia merupakan sebuah Roman Tetralogi Buru yang  terdiri dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.s

Bumi Manusia

Bumi Manusia ini  menceritakan seorang  pemuda bernama Minke. Nama pemberian dari Meneer Rooseboom kepada Minke. Berlatar waktu pada akhir abad ke 19, atau sekitar tahun 1890-an hingga 1900-an awal, atau masa ketika mulai munculnya pergerakan-pergerakan di Indonesia. Pada masa-masa itu, lahir organisasi-organisasi seperti Budi Utomo (1908), Sarekat Islam (1911), Indische Partij (1912).
Minke adalah seorang pribumi tulen. Berasal dari keluarga priyayi, membuat Minke dapat mengenyam pendidikan yang sangat layak pada masanya. Disamping Minke juga memiliki  kecerdasan yang tinggi. Bahkan dia menjadi lulusan terbaik di HBS Surabaya. Sedari kecil mengenyam pendidikan dari eropa, dengan  ilmu pengetahuan yang  didapat, membuat Minke ingin melepas diri dari kejawaannya. Dia merasa bahwa ilmu pengetahuan tersebut menjanjikan kebebasan bagi tiap individu, berbeda dengan budaya Jawa yang sangat memegang tinggi budaya, tingkat dan status sosial.

Opini

Kalau kita baca di masa sekarang buku Bumi Manusia ini, tidak ada yang "aneh" sehingga membuat buku tersebut mendapatkan pelarangan edar. Namun, jika dilihat lagi konteksnya pada tahun 1980-an, atau pada masa order baru, maka dapat diketahui kenapa alasannya.
Meski berlatar waktu sebelum kemerdekaaan, namun roman ini sebenarnya syarat akan nilai-nilai kritik Pram terhadap pemerintah saat itu. Seperti yang telah disinggung  di awal, buku ini ditulis pada saat Pram menjadi tahanan politik di masa order baru dan diasingkan di Pulau Buru, Maluku. Karena kritik-kritik tersirat tersebut, itulah kenapa buku ini dilarang peredarannya pada masa order baru.


Melalui tokoh Minke, Pram seperti ingin mengkritisi pemerintah yang menurutnya tidak berlaku adil. Pram seperti ingin menunjukkan bahwa, masa setelah penjajahan ini, tidak ada bedanya dengan masa kolonialisme. Bedanya dahulu dijajah  oleh bangsa asing, sekarang terjajah oleh bangsa sendiri.  Selain pada pemerintah, kritik  terhadap budaya dan aturan-aturan yang  memperbudak juga dilakukan oleh Pram dalam buku ini.
Banyak quotes yang menurut gue menjadi punchline dari buku ini, seperti:

"Seorang terpelajar arus berlau  adil suda sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan" - Jean Marais, Bumi Manusia, p77

"Apa guna jadi Jawa kalau hanya untuk dilanggar hak-haknya? Tal ,emherto lai loramua catatan begini sangat pribadi sifatnya? Tak pernah  gurumu mengajarkan ethika dan  hak-hak perseorangan?" Minke.

"... Menggerayangi urusan orang  lain dadn melanggar hak siapa saja? Apa kau tidak diajar peradaban baru? Peradaban modern? Mau jadi raja yang bisa bikin semau sendiri, raja-raja nenek moyangmu?"

"Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak ditempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan  pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh  kemajuan ilmu. Hilang anthusiasme para guruku dalam menyambut hari esok yang cerah bagi ummat manusia. dan entah berpa kali lagi aku harus mengangkat sembah nanti, Sembah-pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini"

"Jangan  hanya ya-ya-ya. Tuan terpelajar, bukan yes-man. Kalau tidak sependapat, katakan, belum tentu kebenaran ada pada pihakku..."


"Memang di Nederland ada kebebasan yang  utuh. Di sini sama sekali tak ada. Liberal saja tidak buruk selama orang menghormati pembatasan-pembatasan dan tidak bikin onar.........Sekali orang liberal dikutuk Pemerintah - tak peduli apa salahya - kalau dia Totok, dia paling-paling diperintahkan meninggalkan Hindia. Kalau dia Indo, akibatnya lebih pahit, dia akan kehhilangan pekerjaan. Kalau Pribumi, kiraku, dia akan kehilangan kebebesannya, disekap tanpa melalui peradilan... Nah, Tuan, hati-hatilah, jangan sampai Tuan hanya kena getahnya. Negeri Tuan bukan Nederland, bukan Eropa, Hindia ini. Kalau Tuan mendapat getah ini, takkan ada seorang pun  dari kelompok liberal itu dapat atau mau menolong Tuan."  p38

"Dan, Tuan, di bawah kekuasaan raja-raja Pribumi, rakyat Tuan tidak pernah mendapat keamanan dan kesentausaan, tidak mendapat perlindungan hukum, karena memang tidak ada hukum."

"Minke, kita akan lawan. Berani kau, Nak, Nyo?"
"Kita akan berlawan, Ma, bersama-sama"
"Biarpun tanpa ahhlihukum. Kita akan jadi Pribumi pertama yag  melawan Pengadilan Putih, Nak, Nyo. Bukankah itu suatu  kehormatan juga?"

"Kita kalah, Ma," bisikku
"Kita telah melawwan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.


Lima syarat yang ada pada satria Jawa. p463

1. Wisma: Rumah. Tanpa rumah orang tak mungkin satria. Orang hanya gelandangan. Rumah, tempat satria bertolak, tempat dia kembali.
2. Wanita: Tanpa wanita, satria menyalahi kodrat sebagai lelaki. Wanita adalah lambang kehidupan dan penghidupan, kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan. Dia bukan sekedar istri untuk suami. Wanita sumbu pada semua, penghidupan dan kehidupan berputar dan berasal.
3. Turangga: Kuda. Alat untuk membawa kau  kemana-mana: ilmu, pengetahuan, kemampuan, keterampilan kebisaan, kealian, dan akhirnya  kemajuan. Tanpa turanngga takkan jauh langkahmu, pendek penglihatanmu.
4. Kukila: Burung. Lambang keindahan, kelangenan (hobby). Segala yang tak punya hubungan dengan  penghidupan, hanya dengan kepuasan batin pribadi. Tanpa itu orang  hanya sebongkah  batu tanpa semangat.
5. Curiga: Keris. Lambang kewaspadaan, kesiagaan, keperwiraan, alat untuk memepertahankan  keempat sebelumnya. Tanpa keris yang  empat akan ubar binasa bila mendapat gangguan.




Senin, 15 April 2019

Review Asal-asal : Ave Maryam (spoiler alert)

Whoaaa, it's been two years since the last time I posted a blog. And here I am now, posting a new one, about movie review. Gue jadi kepikiran untuk mulai rutin bikin review film, atau apa pun, secara "asal-asal" menurut pendapat pribadi gue.

Kalau Teppy, idola gue dalam review film-film, ada segmen Movie Review Suka-Suka ( https://thefreakyteppy.com/movie-review-suka-suka/ ), dan gue terinspirasi dari  itu, gue jadi mau bikin review "asal-asal" berdasarkan first impression gue ketika nonton suatu film.

Dan film pertama yang akan gue review di tahun 2019 adalah Ave Maryam, disutradarai dan ditulis oleh Robby Ertanto. Untuk sinopsisnya bisa dicari sendiri ya di google.

Sebelum masuk ke review, gue  mau cerita dulu latar belakang kenapa akhirnya gue nonton film Ave Maryam hari ini, Senin, 15 April 2019, pukul 15:00.

Jadi, beberapa hari sebelumnya, gue liat di timeline twitter gue orang-orang pada ngomongin ini film. Terus  karena penasaran, gue tonton lah trailernya, eh iya bener bagus banget. Gue cek juga review di Youtube orang-orang yang udah nonton, rata-rata pada kasih nilai bagus, mulai dari tema film yang agak sedikit tabu, namun agak layak untuk diperbincangkan, sinematografi, scoring, hingga akting para pemainnya. Karena semakin penasaran, gue bertekad untuk segera nonton. Eh tapi tapi tapi, pas cek, ternyata filmnya ga tayang di semua bioskop. Why oh why? Apakah karena mengangkat isu agama? Karena takut didemo jadi jaringan bioskop tanah air ga berani kasih tayang di banyak layar? Atau karena melihat pasar untuk tema film ini ga banyak? Daripada rugi, jadi cuma bioskop-bioskop tertentu yang kasih layar? Salah satunya adalah XXI Plaza Senayan.

Akhirnya, karena kebetulan hari senin tanggal 15 April 2019 ini gue ada kegiatan di Palmerah, jadi lah gue pilih XXI Plaza Senayan, karena paling deket.

Jam 11:00 selesai kegiatan di Palmerah, gue langsung  meluncur ke GI, karena janjian makan siang sama adek gue di sana. Kenapa pilih makan di GI? Kenapa ga sekalian di PS? Yeee kepo. Hahaha 😂
Ga sih, pertama karena di PS pilihan tempat makannya dikit, dan mahal-mahal. Sedangkan di GI, pilihannya bejibun, dan harganya masih masuk kantong. Apalagi di Foodprint, palugada alias apa lu mau, gua ada. Kedua, karena gue belum pernah nyoba MRT Jakarta 😭 Jadilah, hari ini gue manfaatin untuk nyoba MRT dari stasiun Bundaran HI menuju stasiun Senayan. Daaaan, gue suka banget ama suasana stasiun MRT Jakarta ini, berasa bukan di Jakarta wkwkwk dan beneran ini moda transportasi efektif banget menurut gue, apalagi untuk orang-orang yang berkegiatan di sepanjang jalan Sudirman. Bayangin, dari Bundaran HI ke Senayan ditempuh dalam waktu kurang dari 10 menit 😇 Biasanya bisa 20 menit - tak terhingga, apalagi kaya hari ini lagi  macet-macetnya. Gue  berangkat dari HI jam 14:25, jam 14:35 nyampe Senayan.

Cekrek-cekrek dikit keluar dari Stasiun Senayan
Lha, intronya kepanjangan, hampir lupa ama review filmnya. Anw, gue mau kasih disclaimer dulu, namanya juga review asal-asal, dan asal kalian pada tau, waktu jaman kuliah nilai matkul Pengkajian Sinema gue itu cuma mepet B, jadi ya maklum aja, jangan  diambil hati, apalagi ampe bikin hate comment dan hate speech ke gue. Ibarat kata, lo suka, sukur, ga suka, ya gausah dibaca Hahaha 🙋❤👫 (peace, love, and gaul)

Balik ke film Ave Maryam.

FYI, kalau mau nonton ini film, kayanya harus pilih-pilih jam tayang  dan jangan dalam keadaan kenyang maksimal. Otherwise, kaya yang terjadi sama gue hari ini. Nonton jam 3 sore dalam keadaan kenyang, ditambah filmnya minim dialog plus musiknya yang  kaya angin sepoi-sepoi, sumpah, 10 menit pertama film mulai, gue tidur. Kesel banget ama diri gue sendiri. Udah bela-belain nonton, eh malah tidur. Untungnya setelah  merem, lgsg  seger jd bisa ngikutin lagi  filmnya.


Menurut gue pribadi film ini tuh tentang oedipus complex, a.k.a cerita tentang brondong dan tante. *jadi bayangin Eli Sughighi atau Musdalipah dan berondong-berondongnya hahaha
bedanya, kalo berondong-berondong Sughighi dan Musdalipah ini (mungkin) karena termotivasi oleh money money money dan eksistensi biar muncul di tipi, kalo cinta Romo Yosef dan Suster Maryam ini ya karena emang  cowoknya rebel aja kali ya, dan sadar diri karena ganteng  juga kali jadi berusaha banget buat teasing suster Maryam. Udah tau orang  mau memurnikan diri, pake digoda-goda, ya luluh juga dong lama-lama. Batu aja kalo ditetesin air terus menerus, lama-lama berlubang juga toh.

Pertama, yang gue suka adalah sinematografinya. Bagus banget. Ini mengingatkan gue akan film-film festival buatan Prancis dan negara-negara frankofon. Salah satunya scene Romo Yosef naik sepeda ini
Source : Channel Youtube Ave Maryam Movie
https://www.youtube.com/watch?v=I05IlfKXzEw
Yang gue suka kedua adalah scoringnya. Terutama adegan di mobil dari mulai di hutan sampai ke pantai. Kalo yang belum nonton, cekidot langsung di Youtubenya yak. Link di atas.


Kemudian, acting. Sebelum masuk ke acting pemeran utama, gue mau apresiasi actingnya  Olga  Lidia yang berperan jadi suster Mila, actingnya bener-bener mirip suster-suster yang sering gue liat kalo lagi lewat sekolah Penabur/Mardiyuana.

Sinematografi: visualnya cantik bgt, ngingetin gue film2 festival dr Prancis/Frankofon. Scoring: OKEE bgt, terutama pas di mobil di hutan jalan ke pantai. Rasanya blm pernah liat yg gini di film2 Indonesia yg lain

Cerita: Banyak yg missing di film ini. Apalagi filmnya minim dialog. Jd harus nebak2 lewat gambar/ekspresi

Gue curiga bin yakin ada bagian2 (harusnya) penting, tp dicut. Walaupun sutradaranya ngelak. Adegan dipantai suster Maryam buka zipper dikit, cut, balik2 nangis. Lha, knp susst? Sini cerita

Ya walaupun gue tau sih itu knp. Apalagi Romonya pake adegan ngeroko di pojokan, ceweknya nangis, kaya film2 menjemput rezeki 80 juta

Penilaian: Visual 9, Scoring 8, Cerita 7 Acting: Olga Lidia, 9, mirip bgt ama suster2 yg suka gue liat di sekolah Penabur/Mardiyuana

Maudy: 9.2, terutama pas dia lg diem/merenung. Keliatan kaya ada pergolakan di dalam diri. Tp bbrp part pas dia nangis, kok kureng ya. Chico: 7.5, paling kerasa kureng pas ngajak suster joget. Kureng gurih.

Yak, sekian review asal-asal kali ini. Jgn pada protes ya, kan udah dibilang dr awal ini asal2an. Jgn lupa like, komen, dan subscribe ye gais







Minggu, 15 Januari 2017

Love Is Blind

Seems familiar with that line?

I once read in a book saying "love is not blind, but it's blinding"
I quietly agree with that phrase.

You know when you just can't get over someone for such a long time, that moment you realize that how deep your love is to that certain someone.
Eventhough he/she hurts you, and you get mad, but then you just can't get over him/her in your mind. Even for a long time after he/she broke up with you. You still love, or can't forget about him/her.

And that feeling just hits me right here right now, in the middle of the night.

Senin, 20 Juni 2016

Wandering Around Bumi Ngapak - Central Java

Before Ramadan is coming, I decide to go to Central Java

Selasa, 17 Mei 2016

Walking Down Singapore - Day 1

Akhir tahun 2015, salah seorang teman saya chat "Ada promo tiket ke Singapore" et voila, akhirnya kita beli itu tiket dan berangkat pada tanggal 28 Januari 2016.

Sebenarnya ke Singapore ini saya benar-benar terima beres. Dari tiket pesawat PP Jakarta-SG-Jakarta, bahkan hotel.

Kami menginap di Fragrance Hotel Balestier. Kecil namun cukup nyaman. Petugas hotel pun cukup ramah. Namun sayang, wifi nya masih bayar.


Karena kami memilih penerbangan pagi yaitu pukul 07:00 sehingga boarding pukul 06:00, saya memutuskan untuk berangkat dari rumah kakak saya di daerah Cengkareng. Sedangkan dua orang teman saya berangkat dari Rawamangun dan Bekasi.

Cuaca pagi itu sangat cerah. Jam 07:00, pesawat lepas landas dari Terminal 3 Soekarno-Hatta,

Minggu, 24 April 2016

Short Getaway to Pulau Semak Daun - Part 2

OK, here's the second part of my trip to Pulau Semak Daun.

As I told before on my previous writing, to reach Pulau Semak Daun, we should have landed to Pulau Pramuka at first. Then continue our journey by fishing boat.

But, the first thing  we did by the time we set our foot on the Pramuka was "we gotta find food and feed our stomach as soon as possible". Almost 2 hours and a half on boat and struggled and suffered from dizziness makes me hungry as hell.