Sabtu, 08 November 2014

Pagelaran Wayang Orang di Taman Ismail Marzuki

Pada Jumat malam kemarin, 07 November 2014, saya mendapatkan kesempatan nonton pertunjukan wayang orang, for the first time in my life, secara langsung di Gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini – Jakarta Pusat. Beberapa hari yang lalu saya diberi tahu teman saya sewaktu kuliah dulu kalau ada pertunjukan wayang orang di TIM, and it was for free that I would not miss the chance. So here’s the recap.
Pertunjukan yang diselenggarakan oleh DInas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta ini mengambil tajuk “Pagelaran Ramayana Betawi: Rama Jadi Raja”. Dari judulnya saja sudah dapat diketahui kalau pagelaran ini mengambil ceritra Ramayana tetapi dikemas dengan gaya Betawi.
Untuk dapat menyaksikan acara ini, terlebih dahulu harus registrasi melalui SMS/Whatsapp beberapa hari sebelumnya untuk mendapatkan tiket. Dan pada hari H, diwajibkan untuk registrasi ulang. Saya pun pesan 2 tiket. Pada hari H pukul 17:30 sore, saya datang ke TIM untuk registrasi ulang. Eh, nama saya tidak ada dalam list panitia di meja registrasi (padahal dari sms sudah dikonfirmasi oleh panitia). Ternyata bukan saya saja, hampir sebagian besar penonton namanya tidak tercantum. Beruntung ternyata bisa registrasi di tempat (tau gitu saya bawa orang se RT aja). Setelah mendapatkan 2 tiket, saya pun registrasi ulang di meja lain (hanya tulis nama dan tanda-tangan) dan mendapatkan Buku Program (buku panduan pertunjukan berisi tentang susunan acara, sinopsis, scene & daftar pemain, dll). Tidak berapa lama, para penonton sudah bisa masuk ke lobby Gedung Teater Jakarta. Di rundown disebut bahwa ada Gala Dinner dari pukul 18:00 – 19:00. Wah, lumayan makan gratis. Walaupun disebut gala dinner, tapi menu makanannya sangat nusantara, terutama dari Betawi. Ada bir pletok (this is my first time as well drinking this kind of ‘booze’), kerak telor, toge goreng, siomay, laksa, soto ayam, pempek, bakwan malang, mie ayam, sate, dll. Saya cobain semua satu-satu sampai begah. Acara sendiri baru dimulai pukul 19:00 – 21:00. Lagi berdiri, eh disamperin sama cowok item gede tinggi, terus dia bilang kurang lebih “hello, are you from UI? (dalam hati, lah kok tau? Stalker jangan-jangan) or from Hindu community or something? Because I think I’ve ever seen you before.” Terus saya jawab aja dari UI. “Or maybe you’re déjà vu” Terus saya berusaha mengingat kapan pernah ketemu orang ini, karena emang mukanya agak familiar. Terus saya bilang “I remember you. I’ve seen you in Margonda Residence, Depok. You live there, right?.” Terus dia jawab “Ah yup, Mares satu.” Ternyata bener dia satu apartemen sama saya. Pantes aja mukanya familiar. Waktu itu saya pernah liat dia di lobby apartemen. Terus ngobrol-ngobrol ternyata dia dari Sudan. Dan dia bilang dia vegetarian ga bisa makan daging. Pas minum bir pletok, dia bilang “this bir pletok is too strong for me”. Lah terus makan apaan bang? -.- Ga kerasa, acara sudah mau dimulai dan penonton sudah bisa masuk ke dalam ruang Teater Besar. Pisah dengan abang-abang Sudan tadi karena dia termasuk undangan VIP, perwakilan dari berbagai negara sahabat yang diundang secara khusus, yang duduknya di tengah dengan view ke panggung yang oke punya.
Acara sedikit ngaret, jam 19:30 acara baru dimulai dengan sambutan dari Wali Kota Jakarta Pusat. Setelah itu lampu teater dimatikan dan menyisakan lampu panggung saja yang masih menyala pertanda acara inti segera dimulai. Cerita dibuka dengan cukup membuat saya takjub dengan penampilan para pemain yang memegang wayang kulit berukuran besar sebagai properti cerita di panggung. Namun, setelahnya pertunjukan ini menurut saya sangat sederhana. Tidak ada latar yang merepresentasikan tempat berlangsungnya kejadian. Kalau tidak ada guide book yang dikasih oleh panitia, I definitely had no idea what was going on on the stage. Belum lagi terganggu oleh sinar layar handphone penonton yang mengambil gambar pertunjukan. Belum lagi ada yang pakai lampu flash di tengah kegelapan. Gubrakkkk. Padahal panitia sudah menghimbau kepada para penonton untuk tidak mengambil gambar ketika pertunjukan sedang berlangsung. Bukan tanpa sebab, karena hal tersebut memang SANGAT mengganggu penonton lain yang ingin serius menikmati pertunjukan. Kemudian ada pula penonton yang mengobrol di belakang. Haduh, penonton di Indonesia memang wajib di-briefing secara serius dulu sebelum menonton.
Sampai adegan Shinta diculik, menurut saya pertunjukan ini biasa aja. Tidak berbeda dengan wayang orang dari Jawa yang sering saya liat di TV. Tidak ada ciri-ciri Betawinya sama sekali. Panggungnya pun minim properti (tapi terselamatkan oleh kostum  yang dipakai para pemain). Kemudian ada pula adegan lucu para kijang-kijang (sayang properti tanduk dan topeng yang ada di atas kepala beberapa kali lepas. Tapi ini terselamatkan oleh kepiawaian para pemain yang langsung mengambil properti yang terlepas tersebut dengan sangat cerdik). Setelah Shinta diculik, baru muncul trigger yang mampu membuat saya berdecak kagum. Hanoman yang bisa terbang ke sana kemari (menggunakan sling tentunya). Dan menurut saya sang sutradara sangat pintar dalam menyajikan pertunjukan ini. sepertinya ia memang sengaja membuat pertunjukan sesederhana mungkin di awal, sehingga ketika menuju akhir cerita, penonton dapat merasakan klimaksnya. Gaya Betawi muncul ketika adegan klimaks pertempuran antara Rama dan Rahwana. Sebelum bertempur, Rama dan Rahwana saling melempar pantun, ditambah tingkah para monyet yang lucu, yang membuat suasana dalam ruang teater menjadi riuh oleh tawa penonton. Hingga akhirnya terjadi lah pertempuran yang sangat kolosal. Rama akhirnya memenangkan pertarungan. Sebelum adegan Rama diangkat menjadi Raja Ayodya, diselingi oleh pertunjukan dari Cepot, yang mengenakan baju Pitung, Dawala dan Istri Dawala yang menggunakan kostum kebaya Betawi. Pertunjukan dari ketiganya mampu membuat penonton terpingkal-pingkal, walaupun guyonan yang dibawakan sangat ‘dewasa’. Pukul 21:20, Rama akhirnya diangkat menjadi raja dan menandakan berakhirnya Pagelaran Wayang Orang Betawi.
Dengan segala kesederhanaannya, sesuai dengan yang disampaikan oleh MC ketika membuka acara, tapi saya sangat terhibur oleh akting para pemain, terutama ketika adegan-adegan menuju klimaks. Bravo!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar