Pada hari minggu, 15 Juni 2014, saya dan adik saya serta dua orang sepupu akhirnya pergi ke sebuah pulau. Sebenarnya, kepergian boleh dibilang tidak direncanakan. Jadi, seminggu sebelumnya saya pergi ke rumah tante di Merak, Cilegon untuk menghadiri pernikahan sepupu. Pada waktu itu, sepupu saya, Ari, mengajak untuk pergi ke sebuah pulau yang ada di sekitar Merak. Sebagai pecinta pantai, saya langsung mengiyakan ajakan tersebut. Karena selama ini selalu ada wacana untuk pergi mengunjungi pantai-pantai yang ada di Lampung, tapi karena waktu yang tidak ada, akhirnya wacana tinggal wacana. Pikir saya, tidak jadi Lampung, Merak pun jadi. Namun, karena satu dan lain hal, ajakan tersebut batal. Sedih juga rasanya, karena saya sudah sangat menginginkan pergi ke pantai akibat kejenuhan dalam rutinitas bekerja selama beberapa bulan ke belakang. Semenjak saya bekerja, praktis belum ada waktu untuk pergi tamasya. Kembali ke topik sebelumnya, pulau kecil di Merak.
Seperti yang telah saya ceritakan di postingan sebelumnya, bahwa beberapa hari ini saya sudah tidak lagi bekerja. Saya pun memutuskan untuk tidak mencari kerja terlebih dahulu untuk membayar hilangnya waktu bersama keluarga dan teman-teman semenjak saya bekerja. Tak dinyana, orang tua saya meminta saya untuk pergi ke rumah tante yang ada di Merak karena ada urusan. Saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Saya langsung mengajak sepupu saya, Ari dan adik saya Meisya untuk mengunjungi pulau kecil.
Pagi-pagi sekali, saya dan adik saya berangkat ke Merak dari Serang. Sesampainya di Merak pukul sekitar pukul 9 pagi, awan mendung menggelayuti langit Merak. sempat beberapa kali juga diguyur hujan. Rencana mandi di pulau kecil di pagi hari pun batal. Hujan terus mengguyur Merak hingga siang hari. Saya memutuskan untuk menunggu hujan reda di rumah tante. Sempat beberapa kali perasaan pesimis muncul. Hingga akhirnya saya tertidur hingga pukul 2 siang. Hujan rintik-rintik pun belum juga reda. Dengan kebulatan tekad, akhirnya saya memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan ke pulau. Setelah pamit ke om dan tante, saya, Meisya, Ari dan adik sepupu yang masih SD, Florentino akhirnya berangkat. Pulau Kecil, here we come!!!
Pulau kecil yang terletak di bibir Pulau Jawa ini terletak di pinggir Selat Sunda. Tepatnya tidak jauh dari pelabuhan penyebrangan Merak, Cilegon. Ya, namanya Pulau Merak Kecil. Warga sekitar biasa menyebutnya Pulau Kecil. Berdasarkan data dari Nusapedia, pulau ini memiliki luas ± 4 ha. Pulau ini dapat dikelilingi selama 10 menit.
Untuk mencapai pulau ini sangat lah mudah. Jika anda dari Jakarta, bisa dicapai dari beberapa lokasi. Seperti Terminal Kp. Rambutan, Pulogadung, Tj. Periok, Slipi dan Kebun Jeruk. Naik bus yang memiliki tujuan akhir Merak. Lama perjalanan dari Jakarta – Merak memakan waktu sekitar 2 – 3 jam, bisa lebih lama tergantung kondisi jalan tol. Jika sudah sampai di Merak, tinggal minta ke supir untuk diturunkan di Hotel Feri atau Polsek Pulo Merak. Di situ lah terdapat Pantai Mabak, titik untuk menyebrang ke Pulau Merak Kecil. Pantai Mabak ini dahulu cukup indah. Sewaktu kecil, ketika liburan sekolah dan main ke rumah tante yang ada di Merak, saya selalu menyempatkan pergi ke Pantai ini. Tapi sayang, sekarang keadaannya sudah tidak layak dan juga beberapa bagian sudah tidak lagi menjadi area umum karena sudah dibangun penginapan pribadi.
Dari Pantai Mabak, banyak terdapat perahu nelayan yang siap untuk mengantar para wisatawan menyebrang ke Pulau Kecil. Tarif yang diberlakukan pun terhitung murah dengan biaya Rp. 10 ribu per orang PP. Asyiknya adalah tidak ada quota yang diberlakukan. Artinya, berapa pun jumlah wisatawan yang menyewa perahu, mau 1 orang, 2 orang atau 15 orang pun tarifnya tetap sama, yakni Rp. 10 ribu rupiah per orang PP.
Sejak mengayunkan kaki menaiki perahu tradisional, perasaan excited menyelimuti diri saya. Dalam waktu kurang lebih 10 menit, kami pun akhirnya sampai di Pulau Kecil. Kami pun tidak menyia-nyiakan waktu. Kami langsung sibuk mengambil foto diri. Terdapat banyak spot indah untuk berfoto dengan berbagai latar belakang: Kesibukan kapal yang lalu lalang di Pelabuhan, latar belakang gunung, latar belakang bangunan-bangunan pabrik di cilegon, maupun latar belakang laut lepas. Di siang hari, latar belakang gunung di pulau Merak atau pun Pulau Merak Besar dapat menjadi andalan. Namun, pada malam hari cahaya lampu dari bangunan-bangunan pabrik yang ada di Cilegon dapat menjadi daya tarik tersendiri. Muda-mudi di Merak sendiri pada akhir pekan sering menghabiskan malam di pulau ini. Entah ngapain --.—“
Pulau ini, menurut saya cukup bagus untuk ukuran sebuah pulau yang dekat dengan pelabuhan dan area penduduk. Meskipun pantai Mabak sudah sangat kotor, Pulau Kecil ini masih cukup bagus. Terdapat pasir putih dan airnya pun jernih. Jauh lebih jernih daripada pantai yang ada di Anyer (entah sejak kapan saya mulai membenci Anyer yang disebabkan oleh pantainya yang ramai dan airnya yang keruh dan kotor). Ya walau pun tidak jarang kita menemui sampah di pulau ini akibat ulah pengunjung yang tidak bertanggung jawab meninggalkan sampah. Tetapi, beberapa titik masih layak untuk dinikmati. Pulau ini terdiri dari area berpasir dan area batu karang. Seperti area batu karang yang terdapat di balik pulau, kita dapat duduk-duduk menikmati deburan ombak, mini-jacuzzi-alami yang terbentuk di batu karang, atau sekedar menikmati sunset dari puncak pulau. Dan kita juga dapat berenang di area depan pulau di area berpasir.
Pada waktu saya ke pulau ini, saya kurang puas karena beberapa hal. Di antaranya adalah karena cuaca mendung sepanjang hari akhirnya kami tidak mendapatkan sunset yang bagus. Ditambah, karena hari minggu dan sudah sore, sehingga ramai pengunjung. Sebab saya adalah orang yang tidak suka keramaian kalau pergi ke pantai. Pada waktu itu terdapat beberapa keluarga yang rekreasi makan di Pulau, beberapa kelompok muda-mudi yang asyik bakar ikan, pacaran dan lain sebagainya.
Setelah puas mengambil foto dan menemani Florentino yang asyik sendiri berenang, kami akhirnya memutuskan untuk pulang dengan menelpon pemilik kapal. FYI, jangan lupa minta no telepon yang bisa dihubungi kepada pemilik kapal agar kita bisa pulang. Tetapi, jika lupa meminta no telepon, jangan khawatir tidak bisa pulang, karena kapal nelayan sering bolak-balik ke pulau untuk mengantar pengunjung.
Pesan terakhir, selalu jaga kebersihan dan keindahan pulau, agar kita selalu dapat menikmati keindahan Sang Maha Pencipta. Seperti kata pepatah
“Take nothing but picture, leave nothing but footprint”.
Berikut adalah beberapa gambar yang berhasil diambil.
Di pulaunya ada mesjidnya ngga sih?
BalasHapusPulau nya kecil banget, jadi ga ada bangunan apa pun, tapi di seberang pulau ada masjid kok.
HapusSujud/sholat aja di deket bibir pantai dgn mmbawa sajadah, and berwudu dgn air laut..
BalasHapus