Trip ke Pulau Semak Daun ini merupakan trip tanpa rencana matangbin nekat . Jadi, suatu hari saya mengajak teman-teman satu geng Upin, Ipin, Jarjit untuk berlibur ke pulau, dan usulan saya jatuh ke Pulau Untung Jawa. Pertimbangan saya adalah karena pulau ini sangat dekat jika dari Tangerang, bisa dikunjungi dalam satu hari. Jadi, bisa PP tanpa menginap. Seperti biasa, jika hal semacam ini diusulkan di grup, yang awalnya setuju, kemudian muncul banyak pendapat, dan ujung-ujungnya berubah. Akhirnya salah seorang teman saya, Jarjit, mengusulkan untuk ikut bersama dua orang kawannya yang sudah pernah camping di Pulau Semak Daun. Saya pun googling mengenai Pulau Semak Daun. Saya yang memang penggila pantai, langsung tertarik. Akhirnya diputuskan bahwa kami akan ke Pulau Semak Daun di minggu berikutnya. Upin dan Ipin pun lebih memilih ikut saja tanpa berkomentar. Saya bilang ke teman-teman saya tersebut bahwa saya akan mengajak adik saya ke pulau tersebut.
Kita memang tidak bisa bergantung pada orang lain sepenuhnya. Seperti kali ini. Saya pikir karena akan ikut open trip bersama orang-orang yang sudah berpengalaman, saya tenang-tenang saja. Sampai H-2, teman saya yang tadi mengusulkan bilang bahwa dia tidak bisa ikut. Tapi dia bilang, dua orang temannya tadi tetap jadi berangkat, jadi kami tetap bisa join. H-2 malam harinya, ternyata dua orang temannya tadi membatalkan rencana. Saya langsung menghubungi Ipin dan Upin apakah mereka tetap berencana untuk pergi ke pulau atau tidak, intinya kami semua batal pergi.
Kadung janji dengan adik saya, dan dia sepertinya agak ngambek, akhirnya kami memutuskan untuk tetap berangkat tanpa ikut open trip, alias backpack sendiri. Adik saya memutuskan untuk mengajak pacarnya. Jadi lah kami bertiga akan ke Pulau Semak Daun bermodal nekat dan informasi dari review orang-orang di blog. Dari yang saya baca, rute yang harus kami ambil adalah Depok - Kota - Muara Angke. It seems so easy to follow, isn't it?
Jam 4 subuh kami sudah bersiap-siap dari Depok. Di lobby apartemen masih sangat sepi, hanya ada beberapa satpam yang sedang berjaga dengan tatapan heran bin curiga melihat kami bertiga. Kami berangkat menggunakan commuter line. As I've ever said in the other posts, CL ini merupakan moda transportasi paling efisien di Jakarta. Dari apartemen kami berjalan kaki sekitar 5 menit ke stasiun untuk mengejar kereta menuju Jakarta Kota. Kereta paling pagi di tiba di stasiun UI pukul 4:30. Ternyata kereta pertama yang tiba tujuannya hanya sampai stasiun Manggarai. Kami pun bergegas naik, untuk kemudian menyambung kereta ke Jakarta Kota dari stasiun Manggarai. Tiba di Manggarai, kami menunggu sekitar 10 menit dan akhirnya kereta ke Kota tiba. Pukul 6 kurang, kami sudah di stasiun Kota dan kami bergegas keluar stasiun ke arah Museum Mandiri untuk menyambung bajaj menuju Muara Angke. Tiba di depan Museum Mandiri, cukup banyak bajaj yang sedang ngetem. Kami menawar bajaj dan oleh supir bajaj dikasih harga Rp. 30ribu. Tidak mahal sebenarnya, untuk jarak yang cukup jauh dengan jumlah penumpang tiga orang. Namun, supir bajaj-nya kurang ramah ketika kami menawar. Jadi lah saya kesal, dan kebetulan ada kopaja warna biru menuju Pluit, PIK, Angke, saya lupa nomer kopajanya, tapi sepertinya itu merupakan satu-satunya kopaja yang memiliki rute ke Muara Angke. Kami pun bergegas naik, dan dengan tarik Rp. 4 ribu rupiah/orang, kami pun sampai di pintu masuk Muara Angke (jembatan). Ternyata, kapal-kapal menuju Kepulauan Seribu bersandar di Kali Adem. Setelah bertanya ke orang-orang di sekitar sana, jaraknya cukup lumayan dan jika berjalan kaki cukup membuat kaki pegal. Agak sedikit bingung, naik ojek juga takut ditipu. Tak lama, ada segerombolan remaja hijabers nan strong dengan ransel di belakang, naluri saya langsung berkata mereka ini pasti mau ke Kepulauan Seribu. Melihat mereka ditawarkan oleh seorang supir odong-odong untuk naik, saya pun mengeluarkan jurus SKSD ke mereka, dan benar saja ternyata mereka akan berangkat ke Pulau Pari. Yeay, saya naik odong-odong bareng mereka, dan per orang dikenakan tarif Rp. 5 ribu dari Muara Angke ke Kali Adem (pelabuhan kapal nelayan). Setelah melewati pasar ikan yang becek dan bau, dan saya hampir muntah, akhirnya kami sampai di Kali Adem. Kesan pertama ketika sampai adalah BINGUNG. Begitu ramainya wisatawan domestik yang akan berangkat menuju ke pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Rata-rata dari mereka bergerombol, yang kemungkinan besar merupakan peserta open trip. Tanya sana-sini, akhirnya kami dialihkan ke loket. Oiya, karena tujuan kita adalah Pulau Semak Daun, maka pulau tujuan KM yang harus kita naiki adalah yang singgah ke Pulau Pramuka. Ada beberapa kapal yang bisa mengantarkan kita, salah satunya adalah KM Dolphin. Karena KM Dolphin sudah penuh, kami pun dialihkan ke KM yang lain, saya lupa namanya, tapi tarifnya ternyata lebih mahal. Kami dikenakan tarif Rp. 45 ribu per orang, sedangkan KM Dolphin di bawah tarif tersebut.
Langit sangat cerah pagi ini. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 7:30, ternyata kapal belum juga berangkat. Padahal, dari hasil membaca review orang-orang di blog, bahwa kita harus sudah sampai di pelabuhan maksimal pukul 6:30, jika tidak maka akan ketinggalan kapal. Hmm, bisa jadi benar. Karena setahu saya, kapal-kapal di sini berangkat ketika kapal sudah penuh sesak, jadi jika sebelum pukul 7:00 sudah banyak yang datang, maka kapal bisa saja langsung berangkat. Lebih baik datang awal daripada terlambat dan ketinggalan kapal.
Pukul 8:00, kapal mulai disesaki penumpang, dan kapal pun mulai menghidupkan mesin dan menaikkan jangkar. Terlihat air yang sangat hitam dan kotor di teluk Jakarta mulai mengombang-ambingkan kapal kami. Perlahan, kapal mulai menjauh, gedung-gedung di sekitar Pluit dan Ancol mulai tampak semakin mengecil, saya sangat bahagia bisa kembali melihat laut lepas.
Air yang tadinya hitam dan kotor, mulai berubah menjadi biru. Artinya, kapal yang kami tumpangi semakin menjauh dari Jakarta Mainland. Satu persatu pulau dilewati, yang saya tahu Pulau Onrust yang terkenal dengan benteng peninggalan Belanda, dan beberapa tahun lalu sempat muncul ke permukaan tatkala artis papan atas Indonesia, Atikah Hasiholan dan Rio Dewanto mengadakan resepsi pernikahan di pulau tersebut (yang berujung pada polemik akibat sampah yang ditinggalkan usai resepsi begitu banyak dan mencemari pulau tersebut). Selain itu ada pulau pulau bidadari yang terkenal dengan resortnya.
Semakin lama, kami semakin merasakan goncangan di atas kapal. Para penumpang yang tadinya berisik dengan berbagai aktifitas di atas kapal, seperti bercanda bernyanyi maupun bercengkrama, mulai senyap. Yang terdengar hanya suara gemuruh mesin kapal. Saya mulai merasakan mabok laut. Padahal sudah minum obat anti mabok, namun tidak juga mempan. Saya pun memutukan untuk tidur saja.
Perjalanan cukup cepat ternyata. Pukul 10 lewat kami sudah sampai di Pulau Pramuka. Dan betapa takjubnya saya melihat pulau dengan laut di sekitarnya yang sangat biru dan jernih. Tidak menyangka bahwa wilayah ini masih berada di sekitar Jakarta. Saya turun kapal dengan bahagia, apalagi ketika melihat ikan-ikan di sekitar pelabuhan yang berenang kesana kemari. Airnya juga masih sangat jernih. Senyum sumringah tidak bisa lepas dari wajah saya. We're gonna have a great adventure, pikir saya.
Anak-anak Pulau Pramuka |
1. Commuter Line Stasiun UI - Jakarta Kota : Rp. 3ribu (Jadwal kereta bisa didownload via aplikasi Komutta atau aplikasi commuter line lainnya)
2. Kopaja Kota - Muara Angke : Rp. 4ribu (jika ingin lebih cepat bisa menggunakan bajaj, terakhir saya diminta Rp. 30ribu)
3. Odong-odong Muara Angke - Kali Adem ; Rp. 5ribu (Kapal berangkat mulai jam 7 - 8, lebih baik datang awal sebelum jam 7 jika tidak ingin ketinggalan kapal).
4. Kapal Kali Adem - Pulau Pramuka : Rp. 45ribu
Aussie Rules at Wynn, Las Vegas - JTG Hub
BalasHapusWynn is not your place to go. Wynn is where all our Las 세종특별자치 출장마사지 Vegas shows are filmed, with 제천 출장샵 a beautiful view 온라인 바카라 사이트 that 통영 출장샵 will take you to the edge of the 안양 출장샵