Senin, 23 September 2013

The End of College Euphoria


It’s been almost a month since the graduation day on last august, and it’s literally two months since I have officially graduated from college. Forget the euphoria. The next part of my life is “What’s next? What am I gonna do with this bachelor’s degree? Looking for job or continueing school?” The obviously  answer I know is “I don’t really know what to do”.

At first, I had tons of plans. But in the end, I lost myself in those plans. Ya, pada awalnya saya berharap setelah lulus dapat melanjutkan studi S2, abroad dengan mencari beasiswa. Namun, karena masa pelamaran beasiswa tersebut buka hanya pada bulan Mei, which is udah lewat beberapa bulan yang lalu, What a pity, akhirnya saya terpaksa menunda keinginan tersebut sampai periode berikutnya, tahun depan. Yeah, I obviously don’t know whether I will take that opportunity or not.

Kemudian saya berusaha menjalankan rencana saya yang kedua, yaitu melamar di Kementerian Luar Negeri untuk posisi PDK (Pejabat Diplomat dan Konsuler), which I’ve been dreaming for since Junior High School. Agak nekat juga sih sebenernya untuk seorang fresh graduate minim pengalaman. Sedangkan yang daftar posisi ini ‘di luar akal sehat banget’. But, I eagerly searched all about it, mengurus ini itu untuk keperluan pelamaran. Belum lagi pengurusan SKCK dan Kartu Kuning yang sangat menguras jiwa raga. Ditambah e-KTP saya hilang entah kemana. Namun, itu semua bukan kendala berarti dan masih bisa ditangani. Yang paling membuat saya mulai merasa bahwa perjuangan saya sia-sia adalah saya kembali harus dikecewakan karena ada dokumen yang tidak bisa saya penuhi sebagai syarat untuk melamar posisi PDK tersebut, yaitu Ijazah yang belum keluar sedangkan masa pengiriman berkas deadline pada tanggal 17 September. Gugur sudah harapan untuk melamar CPNS tahun ini. Okay, for this one I will definitely chase it next year. Selanjutnya saya akan mengeksekusi rencana ketiga.

Life is a choice. Ya, semakin dewasa semakin banyak hal-hal yang harus dipilih yang kesemuanya membingungkan. Setelah gagal menjalankan rencana pertama dan kedua, tiba lah saatnya untuk menjalankan rencana ketiga, yaitu being a GO (Gentle Organizer) at Club MediteranĂ©e Resort, Bali. Ya, bisa dibilang ini sebagai opsi ‘terakhir’. Rencana untuk menjadi seorang GO ini bukan tanpa alasan. Sebelumnya, tepatnya pada bulan Juli – Agustus 2012, saya sempat menjadi GO part timer di Club Med Bali, untuk posisi Mini Club (Childcare Coordinator). Terus, sekitar bulan Februari, HRD Club Med, Jakarta Office menghubungi saya melalui e-mail menanyakan kemungkinan untuk saya bergabung di Club Med untuk periode April pada posisi Bartender or Receptionist. Namun, karena pada saat itu saya belum lulus kuliah, terpaksa saya tidak dapat bergabung. Kemudian saya bilang ke Pak Ivan, HR Manager Jakarta Office bahwa saya baru lulus pada bulan Agustus. Alhasil saya diberi opsi untuk bergabung pada periode November, kalau mau kata Pak Ivan. Dan, akhirnya setelah dua rencana pertama gagal, saya memutuskan untuk mengambil kesempatan untuk bergabung dengan Club Med ini. Saya akhirnya menghubungi Pak Ivan melalui e-mail dan memberitahukan Pak Ivan bahwa saya sudah ‘available’. Pada term ini, saya kemudian ditawari oleh Pak Ivan untuk posisi Receptionist dengan kontrak satu tahun dan akan dimulai pada November. Saya dibuat berpikir kembali dan menentukan pilihan hidup saya. Jika saya mengambil posisi ini, maka dengan kontrak selama satu tahun tersebut, kemungkinan untuk saya mendaftar beasiswa untuk master terpaksa dibatalkan. Kemudian, saya juga terancam kembali tidak bisa melamar sebagai CPNS di Kemenlu karena periode pendaftaran tutup pada September sedangkan kontrak baru berakhir pada bulan November. Saya menanyakan kemungkinan untuk bekerja kontrak selama enam bulan saja, namun tidak bisa. Saya kembali dipusingkan dengan pilihan hidup. To me, join this company as a GO not only means I’ll get a job but this is my chance to develop my skills, my language skills both english and french. Work at an international company with an international ambiance, means  opportunities to prove myself that I have the ability. Pada awalnya, saya berharap dengan meningkatnya kemampuan bahasa Inggris dan Perancis saya dengan bekerja sebagai GO, dapat menjadi modal saya ketika mendaftar di Kemenlu nantinya. Tapi keputusan berat harus diambil. Setelah berkonsultasi dengan kedua orang tua, terutama ibu saya, ditambah dengan sholat istikharoh meminta petunjuk kepada Sang Maha Pencipta, Alla Aza wa Jalla, akhirnya dengan berat hati saya memutuskan untuk membatalkan keinginan untuk bekerja sebagai GO. Ada banyak alasan yang diberikan oleh orang tua dan pacar saya, di antaranya adalah jarak Bali dan Jakarta. Well, actually this is not a good reason since there’s a thing called technology to break away the obstacles. Hal kedua yang menjadi alasan orang tua saya ‘agaknya’ tidak mengizinkan adalah hal yang cukup prinsipil. Ya, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Toh ridho orang tua adalah yang utama. Saya akhirnya, dengan sedikit penyesalan dan rasa bersalah, mengirimkan e-mail permohonan maaf kepada Pak Ivan atas pembatalan tersebut. – Semoga diganti dengan yang lebih baik oleh Allah SWT. Aamiin –

Setelah semua rencana yang telah saya susun cukup matang tersebut belum dapat (kalau tidak mau dikatakan tidak) terlaksana, saya ‘dipaksa’ untuk menyusun rencana-rencana lain yang dapat mendukung rencana awal saya yaitu: melanjutkan studi S2 atau melamar PDK Kemenlu. Saya berencana untuk mencari pekerjaan yang tidak terlalu ‘mengikat’, sehingga suatu waktu saya bisa keluar secara baik-baik. Saya juga berjanji pada diri saya untuk mempersiapkan diri dengan belajar, terutama meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan Perancis saya. And now, I’m still looking for a job.
Well, to me life is a choice. Life is also about how you compromise with the situation, circumstance, and things that happen in your life.